Aku melihat kupu-kupu di seberang sana. Cantik, sangat cantik. Bagaimana mungkin seorang pria sepertiku tidak terpesona oleh kecantikannya?
Oh ... lihatlah saat ia tersenyum. Bibir merahnya sangat merekah. Senyuman tulus seorang wanita yang akan membuat pria lain akan tunduk dalam pesonanya hanya dengan sekali melihat.
Dia jauh, sangat jauh. Aku berusaha untuk menangkapnya, namun aku takut jika sayapnya akan patah. Aku ingin mengurungnya dalam sangkar agar ia tdak pergi, namun aku takut ia akan menjadi kupu-kupu malang yang tersiksa.
Aku mengulurkan tangan kananku, mengulurkan jari telunjukku untuk mengusap pipinya dari kejauhan. Aku tidak bisa merasakannya, namun aku tahu dia memiliki kulit yang lembut dan terjaga. Kuarahkan jari tekunjukku ke puncak kepalanya laku kuusap dari kejauhan.
Dia begitu indah sampai aku tak berani untuk menggapainya. Aku terlalu sering menjaga jarak dengannya. Bahkan aku tak ingin ia tahu bahwa aku selalu memperhatikannya seperti ini. Malang sekali.
Bunga mawar di pekarangan rumahnya tumbuh dengan segar dan cantik. Lihatlah beberapa kupu-kupu yang beterbangan di pekarangan rumahnya itu. Indah sekali. Tuhan, aku saja tidak bisa membedakan mana kupu-kupu yang asli dan yang palsu. Mereka sama cantiknya, mereka sama bebasnya, mereka sama terbangnya. Jauh, tinggi ke langit biru.
Kupu-kupu hanya cocok dengan bunga, kupu-kupu hanya cocok dengan langit biru. Sedangkan aku? Aku hanya tanaman rambat yang nanti akan mengganggunya. Aku hanya langit mendung yang nanti akan mengahalangi kecantikannya di langit.
Aku menarik tangaku saat dia tiba-tiba menoleh ke arahku. Seperti biasa, dia akan memberi senyuman paginya dan mengucapkan kata semangat untukku. Aku hanya bisa menunduk lalu melangkah pergi dari tempatku berdiri. Selalu seperti itu yang kulakukan untuk kupu-kupu cantikku. Terkadang aku berpikir, pantaskah aku bersanding dengannya?
"Kau akan menjadi imamku. Untuk apa kau masih memikirkan hal-hal seperti itu?"
Entah sejak kapan dia sudah berjalan di belakangku. Wanita itu bahkan selalu tahu apa yang kupikirkan tentang hubungan kami saat ini.
Aku menghentikan langkahku. Diam.
"Pantas atau tidaknya dirimu untukku bukan kau yang menentukan. Bukankah kau selalu bilang bahwa aku kupu-kupu cantikmu? Maka biarkan aku terbang mengelilingi tamanku sendiri!"
Suaranya begitu lembut walau ada beberapa kata penekanan dalam ucapannya.
"Kau sudah kupilih sebagai tamanku. Jadi biarkan aku memperindah tamanku sendiri dengan baik. Jika tamanku hilang, aku tak akan pernah hidup sebagai kupu-kupu cantik."
Perlahan aku berbalik ke belakang. Kulihat dua menunduk sambil memainkan jari jemarinya. Hah, aku suka dia yang pemalu seperti itu.
Aku bersyukur telah memilih kupu-kupu yang tepat. Aku berdehem kecil, kulangkahkan kakiku untuk mendekatinya. Hanya beberapa langkah, aku bahkan masih berjaga jarak dengannya.
Dia terlalu cantik dengan jilbab merah muda dan setelan gamis putihnya hari ini.
"Maaf. Maafkan aku wahai kupu-kupu cantikku."
Kulihat dia tersenyum dalam tunduknya.
"Terima kasih sudah bersedia menjadi kupu-kupu untuk taman yang biasa ini."
0 komentar:
Posting Komentar