Aku terdiam saat melihatnya sudah saling bertemu di pelaminan. Mereka, dua sahabat terbaikku selama beberapa tahun ini. Mataku berkaca-kaca sebelum akhirnya lolos dari tempat persembunyiannya.
Aku melihat wanita cantik yang kini tengah memandang lembut mata sang pria yang kini akan menjadi suaminya. Lalu mataku beralih melihat sang pria dengan sendu. Mereka membuatku menangis.
Kini, waktunya ijab qabul dimulai. Tangan sang pria berjabatan dengan calon mertuanya. Aku sedih? Ya tentu saja!
Sesak di dadaku tak bisa kukendalikan dengan baik. Mereka terus memberontak keluar hingga aku benar-benar sesak napas. Hari ini adalah hari tersulit yang harus kulalui. Melihat mereka, mendengar janji suci mereka, merasakan betapa bahagianya mereka. Aku bahagia, namun di waktu yang sama aku pun bersedih.
Janji suci yang diucapkan pria itu membuat hatiku berdetak kencang. Wajahku berubah merah saat mendengarnya. Aku tidak ingin menghancurkan momen mereka. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku bersembunyi.
Temanku berusah menghibur dengan menepuk pundakku. Aku kembali tersenyum walau air mataku tak ingin berhenti keluar. Entahlah, ini menyakitkan. Mungkin karena pikiranku mulai kacau.
Aku melihat wajah bingung temanku karena aku menangis di hari bahagia dua sahabatku sendiri.
"Kenapa?" tanyanya masih dengan menepuk pundakku,
Aku hanya menggeleng dan kembali menatap dua mempelai di atas pelaminan sana. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lantai. Kurasa hari ini lantai lebih menarik dari biasanya.
Bukan karena aku cemburu melihat mereka yang sudah sah menjadi suami istri. Bukan karena aku cemburu melihat mereka sudah bisa melepas masa lajangnya dan membangun rumah tangga sendiri. Bukan juga karena aku tidak suka melihat mereka akan hidup bahagia.
Aku hanya..
Aku hanya..
Aku hanya..
Air mataku lolos.
Aku kembali menangis.
Aku hanya tidak bisa membayangkan bagiaman jika ayahku tidak bisa menjadi waliku nanti. Aku hanya membayangkan bagaimana jika orangtuaku tidak bisa melihat anaknya duduk di pelaminan sana.
Maka aku menangis.
0 komentar:
Posting Komentar