
Cermin yang memantulkan tubuhku seolah berkata bahwa aku wanita tercantik yang ada di dunia. Aku membenarkan jilbabku, kaos panjangku, celana jinsku, terakhir kaca mata dan jam tangan hitam yang selalu kupakai untuk memulai hariku.
Sepatu coklat yang setia menemaniku selama sepuluh menit perjalanan menuju kampus. Bukankah pakaianku cukup sederhana. Oh, tas coklatku pun tak ketinggalan. Pagi yang cerah, pohon hijau yang bergoyang karena angin, dan suara jangkrik yang masih terdengar nyaring. Lengkap sudah kebahagiaanku pagi itu.
Seperti biasa, aku akan menunggu kedua temanku untuk pergi ke kampus. Kami berbeda sifat, namun kurasa mereka memiliki pemikiran dan candaan yang sama sepertiku. Mungkin dari sana aku mulai berteman dengan mereka, sudah tiga tahun lamanya sampai sekarang.
Tidak, lagi-lagi aku yang harus datang terlambat dari mereka. Satu temanku yang sedikit mungil itu memakai setelan kerudung biru dongker, hoodie kuning, celana jins, dan sepatu ketas berwarna putih. Sedangkan temanku yang sedikit lebih gemuk memakai setelan kerudung hitam, kaos panjang berwarna coklat dengan corak acak, celana jins, juga sepatu kets berwarna biru dongker. Penampilan kami terkesan biasa. Kupikir, untuk ke kampus saja aku tidak harus berpakaian terlalu berlebihan.
Aku Pernah Begini
Kamu mungkin pernah mendengar kata tomboy. Begitulah julukanku saat aku kecil hingga sebesar ini. Dulu sewaktu aku kecil, aku dilepas begitu saja oleh kedua orang tuaku. Hingga akhirnya aku bermain dengan teman laki-laki di kompleksku. Maklum saja, di kompleksku lebih banyak laki-laki. Aku bermain tanpa sandal, lari ke sana kemari, jajan apapun yang kumau, bahkan aku pernah main hingga jam satu malam waktu Sekolah Dasar. Well, tentu saja aku hanya diijinkan main saat malam minggu tiba.
Memasuki tahap SMP - SMA, kelakuanku yang sedikit kurang feminin masih saja terbawa. Sampailah saat aku mamasuki tahap kuliah, aku masih memakai pakaian yang sama. Kaos, jins, sepatu. Selesai.
Adik kelasku saat SMA yang satu kampus denganku sampai terheran saat kami bertemu di jalan. Dia bilang, kenapa aku masih saja sama seperti dulu?
Hei, apa yang bisa kulakukan selain tertawa dengan cengiran kuda. Walau jujur saja, aku mulai memperhatikan penampilanku saat masuk dunia perkuliahan semester 4. Kupikir saat itu aku sudah memenuhi syarat tentang makna dari wanita feminin. Tapi ternyata pemikiranku yang seperti itu hilang sudah saat mendengar pengakuan teman mamaku yang juga dokter mataku.
"Han, kamu masih aja tomboy yah?"
Kuperhatikan penampilanku. Lah, aku sudah memakai sandal merah muda, aku sudah memakai kaos merah muda dan kerudung merah muda. Apanya yang masih tomboy?
"Aku feminim kok Bu."
"Hahaha...feminin dari mananya hayo?"
Waduh, pernyataannya yang masih membuatku bingung itu membuatku akhirnya bercermin. Semuanya sudah berubah, kurasa. Aku sudah berusaha memperbaiki keadaanku yang memiliki cap tomboy. Aku juga sudah mulai menyelaraskan setelan pakain yang kupakai sekarang.
Satu lagi pernyataan mama yang membuatku kembali harus bercerita pada kedua teman baikku. Mama bilang, aku harus lebih memperhatikan pakaianku. Bahkan mama sampai menyuruhku untuk membeli pakaian saat aku mulai kuliah di Bandung.
Waw, amazing !!! Semuanya masih terlihat sama. Ternyata di mata orang banyak aku masih belum bisa merubah jati diriku menjadi feminin.
Dan mungkin kamu akan merubah penampilanmu seiring berjalannya waktu. Tidak perlu banyak perhiasan atau pakaian serba mahal untuk membuatmu terlihat lebih feminin. Cukup pakai pakaian yang nyaman dengan sikap yang nyaman untuk orang lain pula.
Sekian.
0 komentar:
Posting Komentar