Selasa, 10 Mei 2016

Cinta dan Kegilaan




Dua hari yang lalu aku dan temanku sedang mengerjakan tugas mata kuliah metodologi penelitian di Mcd. Bukan karena kami memiliki uang banyak atau apapun itu. Namanya juga mahasiswa, yang dicari ya Wifi gratis.

Sebelumnya aku sudah memesan makanan juga minuman, dan dia yang juga memesan es krim untuk cemilan. Pekerjaan kami hampir rampung. Tinggal edit sedikit dan menunggu kiriman email dari teman kami yang tidak bisa ikut mengerjakan.

Dia, temanku bernama Haekal menyuruhku untuk mengedit makalah yang akan kami kumpulkan besok. Well, itu karena dia sedang menerima sambungan telfon dari temannya.

Aku tetap fokus pada pekerjaanku walaupun telingaku menangkap nada kesal dan ketakutan dari Haekal. Entah apa yang ia bicarakan dengan temannya itu. Aku tak begitu peduli. Toh itu bukan urusanku.

"Lo tau ga?"

Aku mengalihkan pandanganku dari laptop ke Haekal. Dia masih memakai headsetnya. Aku hanya diam, menunggu apa yang akan ia ceritakan.

"Temen gue ini dikerjar-kejar psikopat masa!"

"Psikopatnya cewek apa cowok?"

"Cowok. Ini temen guenya cewek." Dia menunjuk layar ponselnya.

"Gue tadinya ga percaya, tapi temen gue ini sampe nangis-nangis nyeritainnya."

Pekerjaanku tertunda seketika untuk mendengarkan cerita dia lebih lanjut. Entah kenapa, akhir-akhir ini aku sangat terobsesi dengan cerita psikopat. Bukan karena aku psikopat. Hanya saja aku selalu bertanya, apa yang membuat mereka menjadi seperti itu, adakah latar belakang mereka hingga menjadi seperti itu.

Sebelumnya, aku pernah mencari di google cerita tentang psikopat. Kutemukan beberapa di antara mereka dan ciri-ciri bagaimana gelagat dari seorang psikopat.

Haekal menunjukkan foto laki-laki psikopat itu. Wajahnya biasa saja, tidak ada ciri-ciri kalau dia seorang psikopat. Namun memang wajah lembut dan datarlah yang menjadi andalan mereka, mungkin. Aku bukan seorang psikolog.

"Awalnya tuh mereka biasa aja. Mereka ga pacaran, cuman ya deket aja. Tapi temen gue ini udah gampang banget dikontrol sama si cowoknya itu." Haekal mulai bercerita.

"Lah? Gimana bisa? Terus tau si cowok itu psikopat gimana?"

Cerita ini berlanjut setelah Haekal mematikan sambungannya dengan temannya itu.

"Iya, akhirnya temen gue ini milih ngejauhin si cowonya itu. Kayanya si cowok kaya udah memiliki si cewek seutuhnya, jadi ya beginilah. Sampe-sampe si cowok itu minum baygon gitu, dan kejadiannya baru tadi!! Gila parah!!"

Aku mengangguk. Wajahku sangat serius mendengarkan cerita Haekal. Walau aku belum tahu apakah cowok itu memang benar seorang psikopat atau bukan.

"Gila, si cowok itu juga sampe ngestalk mantan-mantannya temen gue ini. Dia juga ngechat tadi ke gue."

"Ngechat siapa? Loe?" tanyaku.

"Iya, pake akun temen gue ini."

Kalau begini jadi ingat drama korea You are All surrounded. Kejadiannya hampir sama. Intinya tetap satu, terlalu mencintai.

"Kayanya si cowok itu tau deh Kal kalo lo temen deket si cewek."

"Iya kayaknya. Parah!! Serem gila!! Gak mau gue diikutin sama yang begituan."

Psikopat bukan hanya tentang mencintai lawan jenis, bisa juga seperti kasus Ratu Elizabeth Bathory, seorang pembunuh berantai. Karena terlalu takut wajahnya tua, dia akhirnya mengambil darah para perempuan keturnan bangsawan rendahan.

Percakapan kami cukup sampai disitu. Tak ada yang spesial memang, namun satu hal yang kutangkap dari ceritanya. Tak bisakah kita mencintai seseorang atau apapun secara wajar?





Share:

0 komentar:

Posting Komentar