Aku terdiam mendengar dosenku yang kiranya sudah berumur 70 tahun menyampaikan teori hukum keseimbangan. Dosenku yang bernama Tjutuju itu membuatku mengerti apa arti dari hukum tersebut. Hei, terlihat dari nama, dia memang patut untuk menyandang nama tersebut karena dia memang hidup di jaman yang belum kuhidupi.
Aku memperhatikan gerak-gerik lincahnya. Tangan yang ia gerakkan sesuai dengan apa yang ia katakan, suaranya yang begitu pelan berbahasa sunda. Aku menikmati semuanya.
"Di dunia ini pasti ada hukum keseimbanga. Ada sedih, ada senang. Ada suka, ada duka. Ada jatuh, ada naik. Begitu seterusnya," ujarnya.
Aku mengangguk membenarkan apa yang ia katakan.
Aku jadi teringat. Beberapa kali aku bertanya mengenai sekumpulan orang-orang yang tak kenal lelah untuk mencari sesuatu yang tidak pasti. Kupikir semua orang pasti akan merasakan kesedihan, bahagia, cemas, dan bumbu manis hidup lainnya.
Namun Pak Tjutju itu menghampiriku dan setengah berbisik padaku.
"Ingatlah, sesuatu yang pasti itu adalah ketidak pastian. Dan hukum keseimbangan itu juga adalah ketidak pastian yang memang pasti terjadi."
Ah, Pak Tjutju seperti tahu saja isi pikiranku.
Dia tersenyum lalu kembali memberi materi.
0 komentar:
Posting Komentar