Sabtu, 04 Maret 2017

Kardus Kecil Bernama Warnakerta

Aku ingin bercerita tentang aku yang ada dalam sebuah kardus kecil. Kardus kecil penuh keberagaman warna dan mainan. Ini bukan pertama kalinya aku bermain di lingkungan baru  tapi ini pertama kalinya aku bermain dalam sebuah kardus kecil dengan dua belas kepala yang berbeda.

Tunggu, aku belum menceritakan sesuatu. Aku tidak bermain sendiri dalam kardus kecil itu. Aku bermain dengam 12 anak yang berbeda-beda. Berbeda pikiran dan sifat.

Awalnya aku takut untuk masuk ke dalam kardus kecil itu. Aku takut sifat dan pikiranku tidak sejalan dengan mereka.


Sebelum aku dimasukkan ke dalam kardus kecil nan ajaib itu, aku berdoa semoga Allah memberiku tempat yang tepat.

Setelah jatuh ke dalam kardus, aku terdiam. Kardus itu gelap. Aku tidak bisa melihat apapun. Aku hanya diam dan berharap untuk bisa keluar dari sana. Tapi di ujung kardus itu, aku melihat cahaya. Kulihat 12 orang lain yang tadi sempat kuceritakan, sedang asyik bermain. Mereka tertawa, saling melempar canda.

Sedangkan aku? Aku hanya diam di tempat gelap tanpa berani melangkah ke tempat bercahaya itu. Aku terlalu takut dengan cahaya. Aku terlalu takut, ketika aku datang, tempat itu akan redup secara perlahan. Aku takut.

"Kalau kamu tidak mencoba, maka kamu gagal!"

Kudengar bisikan itu dari hati dan pikiranku. Dengan takut, aku melangkah sedikit demi sedikit. Beberapa mainan yang kuperlukan, aku ambil untuk kuberi pada mereka.

Bunyi suara langkahku membuat 12 orang itu menoleh. Aku memejamkan mataku. Sungguh, aku ingin pulang. Ditengah ketakutan, aku merasakan tanganku disentuh. Aku membuka mataku.

"Ayo kita main!" seru anak perempuan yang tadi menyentuh tanganku.

Tanpa persetujuan, dia menarikku ke tempat bercahaya itu. Di sana ada berbagai macam mainan dengan warna yang berbeda. Sedikit demi sedikit aku mulai berani memberitahu pada mereka siapa aku sebenarnya, seperti apa sifatku, dan bagaimana caraku berpikir. Mereka setuju dan menerimaku dengan lapang dada.

Beberapa hari aku bersama mereka, kardus kecil ini mulai terang. Tidak semua, tapi cukup membuatku senang. Tandanya aku sudah masuk ke dalam kehiduupan mereka yang bercahaya.

"Bagaimana kalau cahaya kardus?"

Kami sedang mendiskusikan apa nama yang tepat untuk kardus kecil nan ajaib ini.

"Terlalu panjang,"

"Cahaya cinta?"

"Hah, seperti nama film di televisis saja."

Kami tertawa.

"Bagaimana kalau Warnakerta?"

Aku setuju!

Mereka pun setuju.


Aku tersenyum. Ini deskripsiku tentang sebuah lingkungan baru. Aku KKN di salah satu Desa di Garut bernama Wanakerta.  Sebulan aku hidup dengan orang-orang yang tidak kukenal. Orang-orang yant memiliki ego dan sifat masing-masing, yang memang harus dimaklumi dan diterima dengan lapang dada. Pasti ada konflik, pasti ada ketakukan, dan pasti juga ada kebahagiaan dan kenangan di dalamnya.



Terima kasih.

(Garut, Wanakerta, 12.03 WIB).




Share:

0 komentar:

Posting Komentar