Sabtu, 09 Mei 2015

Hanya Rindu

Bukan rasa dingin, bukan juga penahan kantuk. Hanya rindu yang membuat mata masih terjaga, dan memanggil jemari ini untuk membuka kembali suatu karya. Sekian lama rindu tak datang, jemari pun bagai seonggok daging kaku tak bergerak. Otak bagaikan sebongkah es yang tak pernah meleleh. Dingin, beku.

Rindu itu datang. Melambaikan tangan lembutnya. Menuntun jemari untuk kembali bertemu huruf. Berbisik indah bak nyanyian putri duyung Ariel. Menggema hidup dalam hati yang dulu sempat tertutup.

Inikah rasanya kembali? 

Begitulah pertanyaan yang terlontar kala kerinduan membuncah dengan hebat. Tersenyum, lalu kembali pada aktifitas yang dulu sempat tertunda. Otak es ini seketika mencair. Menggantikan kemandegan dalam berpikir dan berimajinasi. 

Pusaran air sungai terdengar merdu tak beriak. Menandakan bahwa sungai itu sangat dalam. Ya, seperti itulah rasa rindu ini. Kembali hadir. Kembali terasa. Kembali membawa alunan gambar mengaitkan beberapa kata yang saling terhubung. Membentuk sebuah kalimat.

Karena rindu? 

Sebesit pertanyaan itu membuat kekehan kecil terdengar dalam ruangan hampa dan sepi. Jangan lupa dengan gelapnya. Hanya terdengar suara tak tik tok tak tik tok sebagai penghias kehampaan dan kegelapan. Tak ada cahaya kecuali bulan yang memberikannya. Tak ada ruangan sesak kecuali rindu yang datang bersama dinginnya malam. 

Selamat datang menulis. Senang kau datang kembali. 


 (Hani Widiani)


Share:

0 komentar:

Posting Komentar