Rabu, 16 Maret 2016

Kami Saling Diam

Beberapa hari yang lalu aku datang ke dalam rumah bernama Virgonema, tempat kosanku yang ada di Bandung. Ketika membuka pintu utama, angin sepoi mulai menyapa. Nyaman sekali rasanya. Saat matahari terik menyorot badan, lalu angin datang menerpa badan di kemudian.

Kutengok kamar yang ada di sebelah kiri. Oh, lampunya masih mati. Mungkin penghuninya masih kuliah, begitu pikirku. Namun hingga malam toba kamar tersebut tetap kosong tak berpenghuni. Ah, apa dia pulang?

Maksudku tidak berpenghuni di sana bukanlah sesuatu yang horor. Pemiliknya sedang tidak ada. Dia teman terbaikku selama beberapa tahun ini.

Ingin kuperjelas bagaimana aku begitu senang datang kembali ke Bandung setelah bolos dari kuliah selama seminggu. Hanya ingin melepas rindu saja di Tangerang, kota kelahiranku. Kembali ke cerita. Kupikir temanku itu ada. Karena biasanya aku akan berteriak memanggil namanya dan dia akan berteriak juga memanggil namaku. Namun nihil. Terasa hampa selama beberapa hari ini.

Ya, sudah hampir 4 hari ini kami tidak melakukan pekerjaan rutinitas kami, mengobrol sampai malam bahkan tengah malam. Mungkin dia yang sudah sibuk dengan tugasnya atau dia yang memang sedang nyaman bersama teman kampusnya. Aku tidak begitu yakin.

Namun ketahuilah, diam seperti ini adalah cara kami untuk kembali menyatukan pikiran. Terkadang aku pun merasa seperti itu. Aku yang terlalu sibuk dengan tugas dan rutinitas komunitas yang kuikuti.

Kami hanya mengobrol beberapa patah kata saja. Ucapan selamat datang, kuliah atau tidak, kabar, dan basa-basi lainnya. Ini pernah terjadi beberapa kali. Jadi aku sudah terbiasa menghadapinya.

Tapi sekarang aku berpikir, apa yang salah dengannya? Apa yang salah denganku?

Kuharap semua akan kembali pada waktunya. Menjalani hari bersama seorang teman itu menjadi rutinitas harian yang amat menyenangkan. Ketahuilah itu, Kawan!
Share:

0 komentar:

Posting Komentar