Rabu, 29 Maret 2017

Hello Monster

Semua berawal dari mata dan telinga yang lelah dengan pelajaran. Aku mengetuk-ngetuk meja dengan pulpen. Pelajaran matematika sungguh membosankan. Kulihat temanku yang duduk di bangku sebelah, Bella namanya.

Tangannya begitu asyik menyatukan garis demi garis hingga membentuk sebuah pola.

"Bel, ajarin dong!"

"Boleh."

Akhirnya, semua berubah saat negara api menyerang. Aku hidup dalam kendali monster yang membuatku tak bisa lepas darinya. Hei, aku benar-benar tidak sanggup melepasnya.

Sekarang umurku akan menginjak 22 tahun. Dan kejadian menyeramkan itu terjadi sekitar 13 tahun lalu. Bayangkan monster warna-warni dalam tubuhku hinggap dengan damainya.

Oh, apa tadi aku bilang monster itu menyeramkan? Maaf, aku salah. Mereka monster lucu yang terus menggelitik imajinasi dan kekuatan tanganku untuk terus bergerak. Ya, bergerak membuat garis lurus, lingkaran, garis miring, dan garis tipis lainnya.

Kuberitahu kalian.

Dalam tubuhku bukan hanya ada satu monster, tapi beberapa moster. Mereka yang menemaniku hingga di usiaku yang sudah tidak muda lagi.

Monster itu yang menggerakkan seluruh tubuhku, harapanku, imajinasiku untuk terus berkembang, berkembang, dan berkembang menjadi pusaran negara api. Negara kekuasaan kami.

Suatu hari, pernah aku menutup diriku untuk tidak menerima apapun dari monster-monster itu. Aku bingung. Beberapa orang bilang bahwa menjadi seorang seniman tidaklah begitu berarti. Tidak akan ada harapan untuk hidup jika aku berteman dengan monster-monster itu.

Selama hampir tiga tahun, aku menutup diri dari monster-monster itu.

Pernah dengar pepatah, tak kenal maka tak sayang? Tentu saja kalian pernah!

Ini yang kualami pada monster-monster berwarna itu. Kami sudah berteman sejak lama, maka tak mungkin kami tidak saling merindu dan menyayangi. Well, aku rindu kehadiran mereka.

Kubuka lagi negaraku sendiri. Duniaku sendiri. Monster-monster itu seperti berloncat-loncat manis ke arahku. Mereka mengatakan : Selamat datang kembali, Hani!!


Aku kembali pada dunia warna-warniku, dunia pensilku, dunia garisku. Negara apiku yang cukup membuatku semangat untuk kembali pada mereka, monster-monster manisku.

***

Di tahun 2013, aku berkesempatan dibelikan Notes GT-N5100 oleh bapak. Awalnya aku tidak memiliki niatan untuk membeli gadget berukuran sedikit besar. Namun yang kucari, di sana ada stylus untukku menggambar. Well, mungkin saatnya aku merubah hobiku dan mengajak monater-monsterku masuk ke ranah digital.

Mereka tertawa gembira.

Akhirnya aku bisa membawa mereka ke dunia penuh kecanggihan ini.

Seperti sebelumnya, aku harus mengulang semuanya dari awal. Monster-monster yang ada di dalam diriku pun awalnya cukup sulit untuk bersatu dengan dunia digital. Tapi semakin berjalannya waktu, hari, bulan dan tahun, aku semakin bisa menguasai dunia warna-warniku. Duniaku dan dunia monster-moster manisku.

Mereka kembali mengajakku berimajinasi lebih. Mereka mengajakku menyelami diriku dalam warna dan pola yang lebih tebal. Sampai akhirnya, aku menemukan ladang bisnisku yang berawal dari hobi.

Kau tahu apa yang kurasakan? Aku bahagia dengan hadirnya monster-monster manis yang ada dalam tubuhku.

Terimakasih Bella dan monster lucu. Berkat kalian, aku bisa menggambar sesuai imajinasiku.



(Bandung, 22:13 WIB)



Share:

0 komentar:

Posting Komentar